<data:blog.pageTitle/>

This Page

has moved to a new address:

https://5lessonblog.web.id

Sorry for the inconvenience…

Redirection provided by Blogger to WordPress Migration Service
5LessonBlog: Materi Dari Rasa Ingin Dihargai

Sabtu, 10 April 2021

Materi Dari Rasa Ingin Dihargai

Rasa ingin dihargai merupakan suatu rasa yang lumrah dimiliki oleh sesorang. Walaupun demikian mungkin memang ada beberapa orang yang cukup mengabaikan rasa tersebut. Lagi-lagi saya diperingati oleh suatu kejadian dimana ketika kala itu saya mengikuti orientasi kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di suatu puskesmas dekat dengan daerah saya tinggal. Pemandu orientasi tersebut menjelaskan dengan segala kepercayaan diri tentang apa yang sudah beliau ketahui terkait pekerjaan disana. 

Disela-sela beliau menjelaskan sesekali beberapa teman saya bertanya kepada beliau mengenai hal yang barusan beliau jelaskan, tak bisa dipungkiri kadang teman saya memang sekedar konfirmasi tentang apa yang sudah ia ketahui karena memang teman-teman saya ini sudah pernah bekerja di lingkungan pelayanan yang ada kaitannya dengan kegiatan PKL ini dan teman-teman saya ini memang aktif bertanya. Namun apa yang terjadi? sesekali keadaan menjadi canggung karena pemandu tadi salah paham. Dari cara beliau menjawab pertanyaan tersirat sebuah kalimat "tadi sudah saya jelaskan, bahwa di puskesmas ini seperti ini cara kerjanya, saya sudah bekerja dan menjadi orang yang dituakan disini selama ini, saya sudah lebih dahulu tahu dari pada kalian" kurang lebih seperti itu. Bisa dibayangkan kan bagaimana situasi disana. Dengan segala hormat teman saya langsung mengiyakan jawaban beliau atas pertanyaannya, sepertinya dia juga menangkap intervensi seperti apa yang saya rasakan. 

Tak menyerah kadang di bagian lain teman saya tadi tetap berusaha bertanya lagi dengan tetap mencoba menjaga suasana. Namun lagi-lagi hal yang sama terjadi. Kali itu memang seharusnya sudah menjadi jam pulang untuk beliau, memang disana dari luar sudah terlihat lenggang seperti tak ada aktivitas. Barang kali beliau seperti itu karena ada rasa tergesa-gesa atau yang lain. Tetapi disini yang saya tangkap adalah, beliau ingin dihargai, beliau di awal memang sudah tahu bahwa sebagian dari kami sudah pernah bekerja di lingkungan terkait, berangkat dari sana dari awal mungkin ada suatu peristiwa yang memunculkan kesan yang beliau tangkap dari kami bahwa kami cukup sombong dan kami beranggapan bahwa diri kami sudah bisa, entah itu saat perkenalan, entah saat mengoreksi bersama hasil pretest kami. Kesan seperti inilah yang berusaha saya sembunyikan dengan penuh usaha dari dahulu, dimana-mana saya selalu merasa selalu ingin tahu, selalu ada ilmu baru, selalu menganggap senior lebih mengetahui dari saya, dan selalu menamkan rasa untuk selalu belajar, namun kadang itu tak berhasil dan kadang situasi menjadi sedikit tak seperti yang saya harapkan. Jadi mungkin pertanyaan yang keluar beliau anggap sebagai recehan yang bisa jadi memang teman saya butuhkan malah tidak beliau tanggapi secara serius karena sudah terlanjur terhasut dengan deras oleh penilaian subjektif dari beliau.

Sebenarnya tak ada salahnya untuk punya rasa ingin dihargai, ingin terlihat dimata orang lain. Presiden Soekarno pun demikian, dahulu saat beliau menjabat sebagai presiden RI, menurut cerita sejarah ada suatu masa dimana dilakukan pemilihan tuan rumah SEA Games ke-4, sekitar tahun 1960-an, saya lupa tepatnya, yang akhirnya keluarlah keputusan bahwa Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan berbagai cabang olahraga bergengsi se-Asia Tenggara tersebut. Banyak dari negara-negara tetangga yang meragukan kapasitas Indonesia untuk menanggung amanah tersebut. Sampai suatu surat kabar pernah merilis berita yang berjudul "The Hell Bell is Ringing in Jakarta," kurang lebih seperti itu saya juga lupa surat kabar mana, judul pastinya apa, silakan Anda mencari beritas sejarah ini, namun demikian bagaimana perasaan Anda sebagai orang Indonesia jika mendapati hal tersebut. Memang tak dapat dipungkiri sampai pada masa tersebut Indonesia sedang berada di masa pembangunan pasca merdeka. Dalam masalah perekonomian di berbagai wilayah kala itu, beliau Pak Soekarno tetap optimis, berkorban untuk sesaat tak ada salahnya untuk citra berkepanjangan negara ini. Beliau mulai fokus dan menggenjot pembangunan berbagai fasilitas primer dan pendukung guna berlangsungnya agenda negara-negara Asia Tenggara tersebut. Kawasan senayan pun terpaksa harus dikosongkan terlebih dahulu, dan itu berjalan dengan lancar, warga disana mendukung langkah pemerintah ini. Fasilitas pendukung seperti penginapan bagi para wisatawan pun juga tak luput dari perhatian serius Pak Soekarno. Beliau mendirikan hotel ikonik dan bersejarah dengan fasilitas lengkap seperti yang kita tahu sampai saat ini yakni Hotel Indonesia, walaupun memang arsitek yang merancang hotel tersebut terpaksa didatangkan dari luar, kalau tidak salah dari Denmark, namun proyek digarap oleh penggarap lokal yang sekarang bernama PT PP yang memang juga bekerja sama dengan pihak luar juga. Pak Presiden yakin bahwa kerjasama tersebut dapat menjadikan sebuah investasi jangka panjang bagi Indonesia. Hingga pada akhirnya SEA Games dapat berlangsung sebagaimana mestinya dan Indonesia selaku tuan rumah dapat berada di peringkat 2 untuk akumulasi semua cabang. Negara-negara tetanggapun dibuat terheran-heran dengan pencapaian Indonesia ini, mulai dari penyiapan sarana hingga prestasi gemilang peringkat 2 tersebut. Begitulah keunggulan dari punya rasa ingin dilihat dan dihargai jika disikapi dengan benar, keraguan dari orang lain dijadikannya sebagai tantangan, dan saya rasa banyak orang Indonesia seperti ini.

Namun berkaitan dengan kejadian orientasi PKL tadi yang ingin saya garis bawahi bahwasannya sebenarnya tak ada niat dari kami untuk meragukan pemandu PKL tadi, kami memang ingin meyakinkan diri kami melalui pertanyaan-pertanyaan yang kami sampaikan tadi. Saya berharap apa yang saya tangkap ini benar, dan saya ingin menjadikan kejadian ini sebagai salah satu pembelajaran untuk saya sendiri kali ini dan semoga juga untuk pembaca disini, mari kita lihat dari dua arah, bahwasannya saat kita menghadapi seseorang jangan terlalu memperhatikan dan mengingat-ingat kesan pertama kita terhadap orang tersebut selalu usahakan obyektif dalam menilai keadaan, kesan pertama memang penting untuk serangkaian kejadian selanjutnya, lantas usahakan buat kesan pertama yang baik. Ini memang pilihan untuk kita mau menjadi yang seperti apa entah mau membangun kesan pertama yang baik atau kesan pertama yang buruk namun selanjutnya memperbaiki kesan tersebut sedikit-demi sedikit sebagai pembuktian diri, atau bahkan menjadi misterius sekalipun yang penting kita siap akan konsekuensi atas pilihan kita tersebut. Semoga tulisan kali ini bermanfaat. 

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda